Profil Sirkuit F1 : Sirkuit Monte Carlo, Monaco

Posted by

Para penggemar ajang balapan mobil Formula 1 pasti tidak asing dengan Monaco Grand Prix (GP Monako), salah satu sesi Formula 1 yang mengambil lokasi sirkuit di salah satu sudut jalanan kota Monako.
GP Monako menjadi salah satu ajang balapan mobil bergengsi di dunia. Bersanding dengan ajang balapan mobil Indianapolis 500 dan 24 hours of Le Mans, ketiganya dikenal sebagai tiga ajang balapan paling bergengsi di dunia dan menyandang julukan Triple Crown of Motorsport.
GP Monako sudah diselenggarakan di Monako sejak tahun 1929 atas ide brilian Antony Noghès yang disponsori oleh Automobile Club de Monaco (ACM). ACM merupakan sebuah komunitas otomotif di Monako yang digerakkan oleh Pangeran Louis II, kakek dari Pangeran Rainier III.
Ide menggunakan jalanan kota di wilayah Monte Carlo sebagai sirkuit balapan merupakan usulan Antony untuk membawa ajang balapan GP yang dirancangnya menjadi ajang balapan nasional Monako.

Ide itu merupakan sebuah inovasi untuk mengatasi kendala minimnya lahan di Monako yang bisa digunakan secara khusus untuk membangun sebuah sirkuit. Langkah ini diambil agar GP Monako mendapat pengakuan dari Association Internationale des Automobiles Clubs Reconnus (AIACR) sebagai sebuah ajang balapan yang sejajar dengan GP internasional lainnya. AIACR adalah sebuah badan internasional yang kala itu mengurusi olah raga balapan mobil.
Sebelumnya, karena minimnya lahan di wilayah Monako, ajang balapan mobil di Monako menggunakan lahan di wilayah negara lainnya, terutama Prancis. Hal tersebut membuat ajang balapan Monako tidak diakui sebagai ajang nasional, namun hanya dianggap sebagai ajang regional bagian dari ajang tingkat nasional di Prancis.



William Grover-Williams pada Sesi GP Monako Tahun 1929 (foto: https://commons.wikimedia.org)
Usulan Antony tersebut kemudian disetujui oleh Pangeran Louis II dan didukung pula oleh pembalap GP asal Monako, Louis Chiron. Perhelatan balapan pertama di Monako diselenggarakan pada tanggal 14 April 1929 dan dimenangkan oleh William Grover-Williams yang mengemudikan mobil Bugatti Type 35B.
William ini mungkin merupakan gambaran seorang mata-mata flamboyan seperti “James Bond”, karena selain menjadi pembalap, dia kemudian direkrut oleh Special Operations Executive (SOE) menjadi mata-mata Inggris pada saat perang dunia ke-2 berlangsung.
Ajang perhelatan GP di Eropa terpaksa berhenti selama perang dunia ke-2 berlangsung dan baru dilanjutkan kembali pada bulan September 1945. Fédération Internationale de l’Automobile (FIA) menjadi organisasi patron yang baru menggantikan peran AIACR. GP Monako kembali menjadi salah satu seri ajang GP di Eropa pada tahun 1948.
Sirkuit Balapan yang Menantang
Karena menggunakan jalanan kota sebagai sirkuit balapan, GP di Monako ini memberikan tantangan tersendiri bagi para pembalap. Lanskap Monako yang terletak persis di area tebing yang berbatasan langsung dengan laut, membuat sirkuitnya memiliki hambatan alam yang menantang, seperti tikungan tajam atau hairpin dan beberapa tanjakan.
Salah satu sudut tikungan menanjak yang sangat terkenal adalah Fairmont Hairpin, yang membuat pembalap harus mengurangi kecepatan dengan sangat signifikan hingga mencapai hanya 48 km/jam.



Tikungan Tajam di Dekat Hotel Fairmont (foto: https://en.wikipedia.org)
Sirkuit GP di Monako ini juga dianggap oleh banyak pihak relatif kurang aman jika dibandingkan dengan sirkuit GP Formula 1 lainnya. Tercatat paling tidak empat orang pembalap sudah menjadi korban dari sirkuit ini.
Terlepas dari risiko yang ada, sirkuit di Monako ini seringkali memberikan efek kejutan hasil kemenangan di luar dugaan. Hal tersebut menjadikan sesi GP di Monako sebuah variasi menarik di tengah berlangsungnya musim GP Formula 1.
Karena karakter sirkuitnya, kemenangan di GP Monako ditentukan bukan oleh kemampuan dan kapasitas mesin mobil yang digunakan, melainkan oleh keahlian para pembalap dalam mengemudikan mobilnya.
Beberapa pembalap menjadi legenda setelah memenangkan seri balapan di Monako. Tercatat pembalap asal Brazil, Aryton Senna yang memegang rekor kemenangan terbanyak di GP Monako, yaitu sebanyak enam kemenangan berturut-turut pada periode musim tahun 1989–1993. Pembalap Formula 1 legendaris lainnya, Michael Schumacher tercatat meraih lima kali kemenangan di sirkuit Monako.
Data Sirkuit F1 Monaco
Lap data
Lap length5.303km (3.295 miles)
Race laps58
Race distance307.574km (191.118 miles)
Pole positionLeft-hand side of the track
Lap record*1’24.125 (Michael Schumacher, 2004)
Fastest lap1’22.188 (Lewis Hamilton, 2017, qualifying three)
Maximum speed329kph (204.431 mph)
DRS zone/s (race)
Distance from grid to turn one383.6m
Car performance
Full throttle70%
Longest flat-out section843m
Downforce levelHigh
Gear changes per lap46
Fuel use per lap1.72kg
Strategy
Pit lane time loss20.5s
Sumber : kumparan.com


Blog, Updated at: 22.48

Update

    Sering Dibaca