Museum Malang Tempo Doeloe terletak di Jalan Gajahmada, atau tepatnya ada di belakang Balai Kota Malang.
Harga Tiket Masuk Museum Malang Tempo Doeloe
Untuk bisa menikmati semua koleksi yang terpajang rapi di Museum Malang Tempo Doeloe, kamu harus bayar dulu tiket masuk sebesar Rp 10.000* untuk pelajar, Rp 15.000* untuk warga Malang, dan Rp 25.000* untuk umum. Dan asyiknya, travelers yang pengin mengabadikan momen tak terlupakan bersama dengan berbagai koleksi di Museum Malang Tempoe Doeloe diperbolehkan. Oh ya, museum ini buka mulai pukul 08.00 – 17.00 WIB.
Rute dan lokasi MTD
Rute yang bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi adalah langsung meluncur ke pusat kota Malang, atau tepatnya di Balai Kota Malang. Kalau pengin naik angkutan umum, kamu bisa naik angkutan kota berwarna biru dari Terminal Arjosari dengan kode AL atau ADL.
Sejarah Museum Malang Tempo Doeloe
Beralamat di Jalan Gajah Mada 2 atau belakang balai kota dan bersebelahan dengan Rumah Makan Inggil, restoran berkonsep museum kepunyaan Dwi. Dia memulainya dengan penyelamatan 72 arca yang tercecer di Kota Malang mulai 1996. Arca-arca ini berumur 500 sampai 600 tahun. Pada 1997, ia merancang museum Malang 1.000 tahun. Gagal juga. Lalu, pada 1999 dan 2011, dijalin kerja sama dengan Pusat Perbelanjaan Sarinah. Sempat dibuat 18 ruang, tapi gagal lagi.
Atas seizin pemerintah daerah setempat selaku pemilik, pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang itu merenovasi sebuah rumah kuno seluas 1.000 meter persegi, yang lama terbengkalai, menjadi museum dengan 20 ruang pamer. Kegiatan renovasi dimulai Maret lalu.
Setiap ruang punya tema kesejarahan wilayah Malang. Ruang-ruang itu mencakup tema prasejarah, penggalian data arkeologi, Kerajaan Kanjuruhan, Mataram kuno, Kerajaan Singasari, pertapaan Ken Arok, Kerajaan Majapahit, dan benteng Malang (kini Rumah Sakit Umum Daerah dr Sjaiful Anwar).
Juga ada lorong sejarah berisi foto-foto zaman dulu, galeri wali kota dan Bupati Malang, pendapa Kabupaten Malang, masa pendudukan Jepang, kongres Komite Nasional Indonesia Pusat di Gedung Rakjat (kini pusat perbelanjaan Sarinah) pada 25 Februari sampai 5 Maret 1947, Malang dibumihanguskan pejuang pada 8 Maret 1949, serta peresmian Alun-alun Tugu oleh Presiden Soekarno.
Para pengunjung diperbolehkan berpose atau berfoto bersama barang-barang koleksi itu sehingga terkesan lebih ramah. Penataan yang lebih “gaul” dan “muda” menghilangkan kesan angker, yang biasanya melekat pada museum.
Kesan & Pengalaman Memasuki Museum Malang Tempoe Doeloe
Di awal kamu masuk ke dalam museum, kamu akan di lihatkan dengan berbagai macam koleksi yang disimpan rapi dalam 20 ruangan yang memiliki konsep berbeda-beda. Sehingga kamu gabakal bosen menikmati semua yang ada di dalamnya karena dekorasinya punya citarasa modern.
Bahkan kamu juga bisa menyaksikan pemutaran film dokudrama di ruangan kaleidoskop yang memutar sejarah kota Malang.Uniknya lagi, ada pembagian periode waktu yang disesuaian dengan urutan sejarah dari Kota Malang.
Pertama, Kamu disuguhkan dengan berlangsung nya jaman purbakala sekitar 1,5 juta tahun yang lalu bersama berbagai macam benda-benda purbakala yang dulu digunakan oleh manusia purba untuk bertahan hidup. Bahkan kamu bisa melihat tanduk kerbau purba dan fosil-fosil.
Kedua, Suasana kerajaan-kerajaan yang dulu pernah berjaya di malang membuat kamu seolah-olah memang berada pada masa itu. Dimulai dari Kerajaan Singasari, Kerajaan Kediri, dan Kerajaan Kanjuruhan yang menjadi bagian dari penemuan pondasi pertama yang ditemukan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1716.
Untuk melihat periode ke-3 Museum Malang Tempo Doeloe, kamu bisa naik ke lantai 2. Dimana kamu bisa melihat banyak foto-foto walikota malang yang pernah menjabat dari jaman belanda sampai sekarang.
Lalu kamu akan diajak ke jaman revolusi pada periode 1945-1949 dalam gambaran diorama dengan ada gambaran penduduk bangsa jepang di Indonesia. Jadi kamu akan merasakan nuansa yang sangat “Jepang” banget.
Di jaman inilah kamu bisa merasakan sejarang bangsa Indonesia, karena pada saat inilah ibu pertiwi berjuang keras untuk bisa mendapatkan pengakuan kemerdekaan. Diorama seperti penjara besi, patung Bung Karno, ilustrasi yang menggambarkan suasana rapat KNIP yang dipimpin oleh Bung Hatta pun cukup akomodatif.
Dan yang terakhir adalah periode sekarang yang menggambarkan Kota Malang di masa kini. Jika sekilas saja, penyajian tempat ini memang dibuat untuk memberi kesan jaman dulu dengan tema ‘New Concept Modern Live Museum’ tapi di buat secara modern supaya terlihat masih asli atau original. Sehingga pengunjung punya gambaran tentang bagaimana Kota Malang bertumbuh dan berkembang hingga sekarang.
Sumber : iqbalazhari.com